AWAS !! ADA BABI DI ROKOK-MU

Senin, 05 April 2010

Sebuah riset terbaru dari seorang ilmuwan Belanda mengguncangkan publik. Dia menemukan kandungan hemoglobin (darah merah) dari babi sebagai salah satu bahan untuk filter rokok.(diambil dari sini).
Apa yang terpikir dibenak para pecandu rokok jika mendengar berita tersebut?, “ah..itu mungkin ada fihak-fihak yang ingin menjatuhkan industri rokok dunia dengan menghembuskan isu seperti itu!”, “ah…emang gue fikirin!” atau bila sang perokok tersebut masih memiliki keimanan tentunya akan mengatakan ” mungkin memang ini saatnya saya untuk menghentikan kebiasaan buruk saya selama ini”. Mungkin akan banyak reaksi yang timbul dari para perokok dinegeri ini yang mayoritas muslim ini terhadap pemberitaan yang menghebohkan itu.
Rokok bagi penduduk Indonesia mungkin sudah pada tahap sebagai konsumsi yang harus tersedia layaknya kebutuhan bahan pokok lainnya, bahkan ada yang sampai mengatakan ” lebih baik tidak makan nasi daripada tidak merokok!”. Semua kalangan menjadi konsumen benda berbahaya yang satu ini, mulai dari anak-anak sampai orang tua yang tinggal menunggu ajalnya saja, mulai dari yang faham tentang kesehatan seperti para dokter hingga mereka yang awam akan pentingnya kesehatan bagi mereka, para pendidik hingga orang-orang yang dinisbatkan oleh kaumnya sebagai seorang ulama.
Tentunya jika benar temuan yang didapatkan oleh ilmuwan Belanda tersebut, ini jadi momentum bagi semua kalangan yang masih mengaku sebagai seorang muslim untuk meninggalkan kebiasaan buruknya selama ini, yang masih enggan untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Karena jika memang terbukti ada darah babi dalam kandungan filter rokok ini patut jadi renungan bersama untuk menghindari rokok tanpa alasan lagi, tidak seperti dalam kegaduhan pro-kontra tentang rokok beberapa masa yang lalu.
Ini telah jelas hukumnya haram bagi umat muslim, sehingga rokok tak patut lagi mengepul asapnya dari bibir-bibir umat muslim dan harus segera ditinggalkan.
Tentunya akan ada upaya-upaya yang diambil oleh para produsen rokok untuk menyelamatkan bisnisnya, agar para konsumen muslim tidak terpengaruh oleh hasil penelitian ilmuwan Belanda tersebut!. Upaya-upaya yang akan tetap melanggengkan penikmat rokok untuk meneruskan kebiasaanya. mungkin nanti akan ada undangan-undangan untuk berbagai kalangan guna mengunjungi tempat-tempat diproduksinya rokok tersebut, untuk memberitahukan bahwa pabrik mereka tidak membuat filter rokok dari darah babi seperti yang diberitakan. Sebagai alat legitimasi mungkin dari pihak ulama atau ormas keislaman akan pula diundang sebagai alat menstabilitasi dari pengaruh berita yang banyak dilansir oleh media cetak dan elektronika.
Sudah saatnya semua berfikir untuk menghadirkan pola hidup sehat, salah satunya dengan meninggalkan kebiasaan rokok yang jelas-jelas menimbulkan kerugian bagi metabolisme tubuh. Pemerintah yang seharusnya melindungi rakyatnya harus lebih sigap lagi dalam menelusuri dugaan-dugaan yang ada, jangan hanya memikirkan keuntungan saja dari cukai rokok!. Para ulama yang seharusnya menampilkan ajakan-ajakan dan tuntunan yang membuat umatnya hidup dalam keridhaan Allah SWT bukan malah mencontohkan hal-hal yang tidak baik. Para perokok untuk senantiasa mengevaluasi dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokoknya bagi lingkungan sekelilingnya. Kita yang selama ini jadi perokok pasif setidaknya mengingatkan terus menerus akan bahaya yang ditimbulkan dengan cara yang bisa kita lakukan, baik melalui tulisan atau dorongan moril secara langsung terhadap para perokok.
“Ingat rokok ingat babi, dan kenyataan ini tanpa disadari telah menggelayuti hidup kita selama ini. Hmmm….begitu asyiknya sang babi bertengger disebatang rokok yang kita konsumsi selama ini!”